ORGANISASI
SAREKAT ISLAM
MAKALAH
Diajukan untuk
Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keormasan Islam yang diberikan Oleh Dosen
Pengampu : Sirojudin S.Pd.I,. M.Pd.I
Oleh
:
DICKY
HERDIANSYAH RIZKY ADA
NPM:1030010112013
INTAN TANZIL
NPM:1030010112005
HAMDAN MAULUDI
NPM:1030010112003
NENENG PIPIT
NPM:1030010112008
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS SURYAKANCANA
CIANJUR
2015 M./1437 H.
KATA
PENGANTAR
Segala puji bagi Alloh swt yang telah melimpahkan
banyak kenikmatan kepada kami hingga masih di berinya hak untuk tetap
bersemayam dengan jasad ini demi kelangsungan kita sebagai Hamba nya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas Makalah yang di berikan dengan judul “Sarekat Islam” Dan
tidak lupa pula sebagaimana yang telah di
janjikan rabb nya kepadanya shalawat serta salam tetap tercurahlimpahkan kepada
Nabi besar kita Muhammad SAW beserta Para keluarga nya, para sahabat nya ,para
tabii’in dan mudah – mudahan sampai kepada kita semua. Semoga makalah sederhana
kami ini dapat memberikan manfaat keilmuan khususnya kepada kami dan umumnya
kepada pembaca sekalian. Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena
pengalaman yang kami miliki tidak lah sempurna. Oleh kerena itu kami harapkan kepada bapak dosen untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Atas perhatiannya kami sampaikan
terima kasih. Semoga Allah SWT memberi Ridho nya kepada kita semua dalam rangka
menuntut ilmu. Amiiin
19 Desember, 2015
Kelompok Penyusun
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar................................................................................................. i
Daftar Isi.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang..................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah................................................................................. 2
C.
Tujuan Penelitian................................................................................... 2
D.
Kegunaan Makalah…………………………………………………... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Sejarah Sarekat Islam........................................................................... 3
B.
Perkembangan Sarekat Islam............................................................... 6
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan…………………………………………………………......12
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………...15
BAB
I
A. Latar Belakang.
Mengkaji sejarah
pergerakan kebangkitan islam zaman pra
kemerdekaan tidaklah mudah membutuhkan analisis yang komprenhensif serta kritis
untuk mendapatkan hasil yang paling sahih(Kuat), Tak terkecuali membahas tentang
sebuah pergerakan massa yang progresif dalam sejarahnya yakni sarekat islam.
Organisasi ini sangat cepat pertumbuhannya pada zamannya dan bahkan melahirkan
beberapa tokoh-tokoh besar yang kelak menjadi para pemimpin kemerdekaan dan
bangsa Indonesia. Sebagaimana kita ketahui awal dekade 1900 an bangsa Indonesia
memasuki babak baru yakni perjuangan melawan pemerintah kolonial dengan sebuah
organisasi massa[1].
Maka dengan kondisi demikian pada gilirannya berakibat melahirkan dinamika
idiologi sebuah perjuangan bangsa dan tanah air. Islam sebagai agama yang
mengajarkan untuk bergerak dan berorganisasi tentu telah melahirkan tokoh-tokoh
pejuang islam yang berangkat nilai perjuangannya dari dasar perintah
agama.
Tujuan perkumpulan organisasi
ini awalnya adalah untuk menghimpun para pedagang Islam agar dapat bersaing
dengan para pedagang asing seperti pedagang Tionghoa, India dan Arab[2].
Mengapa demikian? Karena pada saat itu pedagang-pedagang tersebut lebih maju
usahanya daripada pedagang Indonesia dan keadaan itu sengaja diciptakan oleh
Belanda. Adanya perubahan sosial menimbulkan kesadaran kaum pribumi. Sebagai
ikatan solidaritas dan lambang kelompok, perlu adanya ideologi gerakan. Pendiri
Sarekat Islam, Haji Samanhudi adalah seorang pengusaha batik di Kampung Lawean
(Solo) yang mempunyai banyak pekerja, sedangkan pengusaha-pengusaha batik
lainnya adalah orang-orang Cina dan Arab. Maka dari itu penulis berusaha untuk mencari
sumber-sumber referensi untuk mengetahui perjuangan sarekat islam.
B. RUMUSAN PENULISAN MAKALAH
1. Untuk
mengetahui Sejarah berdirinya sarekat islam ?
2. Untuk
mengetahui Visi dan Misi Sarekat islam ?
3. Untuk
mengetahui Perkembangan sarekat islam ?
4. Untuk
mengetahui Tokoh-tokoh Sarekat islam ?
C. TUJUAN PENULISAN MAKALAH
1. Untuk
Mengetahui Sejarah ormas sarekat islam.
2. Untuk
Mengetahui Visi dan Misi Ormas sarekat Islam.
3. Untuk
Mengetahui Perkembangan Ormas sarekat Islam.
4. Untuk
mengetahui Siapa Tokoh-tokoh Ormas sarekat islam
D. KEGUNAAN MAKALAH
1. Sebagai
salah satu tugas Keormasan Islam yang di berikan oleh Dosen pengampu Matakuliah Keormasan islam .
2. Sebagai
bahan tambahan khazanah keilmuan sekaligus menambah daftar perbendahaaran
bacaan di lembaga Akademik Universitas
Suryakancana Cianjur Fakultas Agama Islam.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah
Sarekat Islam
Organisasi
Sarekat Dagang Islam (SDI) pada awalnya merupakan perkumpulan pedagang-pedagang
Islam. Organisasi ini dirintis oleh Haji Samanhudi di Surakarta pada 16 Oktober
1905, dengan tujuan awal untuk menghimpun para pedagang pribumi Muslim
(khususnya pedagang batik) agar dapat bersaing dengan pedagang-pedagang besar
Tionghoa. Pada saat itu, pedagang-pedagang keturunan Tionghoa tersebut telah
lebih maju usahanya dan memiliki hak dan status yang lebih tinggi dari pada
penduduk Hindia Belanda lainnya. Kebijakan yang sengaja diciptakan oleh
pemerintah Hindia-Belanda tersebut kemudian menimbulkan perubahan sosial karena
timbulnya kesadaran di antara kaum pribumi yang biasa disebut sebagai
Inlanders.
SDI merupakan
organisasi ekonomi yang berdasarkan pada agama Islam dan perekonomian rakyat
sebagai dasar penggeraknya. Di bawah pimpinan H. Samanhudi, perkumpulan ini
berkembang pesat hingga menjadi perkumpulan yang berpengaruh. R.M.
Tirtoadisurjo pada tahun 1909 mendirikan Sarekat Dagang Islamiyah di Batavia
atas perintah pihak kolonial untuk menandingi hegemoni sarekat islam kh samanhudi[1].
Pada tahun 1910, Tirtoadisuryo mendirikan lagi organisasi semacam itu di
Buitenzorg.
1.
Berikut
Latar belakang ekonomi berdirinya Sarekat Islam:
a. Perlawanan
terhadap para pedagang perantara (penyalur) oleh orang Cina.
b. Isyarat
pada umat Islam bahwa telah tiba waktunya untuk menunjukkan kekuatannya
c. Membuat
front melawan semua penghinaan terhadap rakyat bumi putera.
Tjokroaminoto masuk SI
bersama Hasan Ali Surati, seorang keturunan India, yang kelak kemudian memegang
keuangan surat kabar SI, Oetusan Hindia.
Tjokroaminoto kemudian
dipilih menjadi pemimpin, dan mengubah nama SDI menjadi Sarekat Islam (SI).
Pemerintah Hindia Belanda merasa khawatir terhadap perkembangan SI yang begitu
pesat. SI dianggap membahayakan kedudukan pemerintah Hindia Belanda, karena
mampu memobilisasikan massa. Namun Gubernur Jenderal Idenburg (1906-1916) tidak
menolak kehadiran Sarekat Islam. Keanggotaan Sarekat Islam semakin luas.
Perkumpulan ini semakin berkembang pesat ketika Tjokroaminoto memegang tampuk
pimpinan dan mengubah nama perkumpulan menjadi Sarekat Islam[2].
Jika ditinjau dari anggaran dasarnya, dapat disimpulkan tujuan SI adalah sebagai
berikut:
2.
Tujuan
berdirinya SI sesuai anggaran dasar :
a.
Mengembangkan jiwa dagang.
b.
Membantu anggota-anggota yang mengalami
kesulitan dalam bidang usaha.
c.
Memajukan pengajaran dan semua usaha
yang mempercepat naiknya derajat rakyat.
d.
Memperbaiki pendapat-pendapat yang
keliru mengenai agama Islam.
e.
Hidup menurut perintah agama islam.
SI tidak membatasi
keanggotaannya hanya untuk golongan Priyayi (bangsawan) masyarakat Jawa dan
Madura saja sebagaimana organisasi Boedi Oetomo. Tujuan SI adalah membangun
persaudaraan, persahabatan dan tolong-menolong di antara muslim dan
mengembangkan perekonomian rakyat. Keanggotaan SI terbuka untuk semua lapisan
masyarakat muslim. Artinya SI memiliki jumlah anggota yang banyak sehingga
menimbulkan kekhawatiran pemerintah Belanda. Pada waktu SI mengajukan diri
sebagai Badan Hukum, awalnya Gubernur Jendral Idenburg menolak. Badan Hukum
hanya diberikan pada SI lokal. Walaupun dalam anggaran dasarnya tidak terlihat
adanya unsur politik, tapi dalam kegiatannya SI menaruh perhatian besar
terhadap unsur-unsur politik dan menentang ketidakadilan serta penindasan yang
dilakukan oleh pemerintah kolonial. Jika di telaah kebijakan pemerintah
penjajah dengan tidak memberi izin kepada Si pusat namun memberi izin badan
hokum SI local merupakan trik untuk memecah belah/mengkotak-kotak perjuangan
rakyat Indonesia. Keadaan hubungan yang tidak harmonis antara Jawa dan Cina
mendorong pedagang-pedagang Jawa untuk bersatu menghadapi pedagang-pedagang
Cina. Di samping itu agama Islam merupakan faktor pengikat dan penyatu kekuatan
pedagang-pedagang Islam.
Politik Kanalisasi
Idenburg cukup berhasil, karena Central Sarekat Islam baru diberi pengakuan
badan hukum pada bulan Maret 1916 dan keputusan ini diambil ketika ia akan
mengakhiri masa jabatannya. Idenburg digantikan oleh Gubernur Jenderal van
Limburg Stirum (1916-1921). Gubernur Jenderal baru itu bersikap agak simpatik
terhadap Sarekat Islam. Seiring dengan perubahan waktu, akhirnya
SI pusat diberi pengakuan sebagai Badan Hukum pada bulan Maret tahun 1916.
Namun sebelum Kongres
Sarekat Islam Kedua tahun 1917 yang diadakan di Jakarta muncul aliran
revolusionaer sosialistis yang
dipimpin oleh Semaun. Pada saat itu ia menduduki jabatan ketua pada SI lokal
Semarang. Walaupun demikian, kongres tetap memutuskan bahwa tujuan perjuangan
Sarekat Islam adalah membentuk pemerintah sendiri dan perjuangan melawan
penjajah dari kapitalisme yang jahat. Dalam Kongres itu diputuskan pula tentang
keikutsertaan partai dalam Voklsraad.
HOS Tjokroaminoto (anggota yang diangkat) dan Abdul Muis (anggota yang dipilih)
mewakili Sarekat Islam dalam Dewan Rakyat (Volksraad).
Pada Kongres Sarekat
Islam Ketiga tahun 1918 di Surabaya, pengaruh Sarekat Islam semakin meluas.
Setelah pemerintah memperbolehkan berdirinya partai politik, SI berubah menjadi
partai politik dan mengirimkan wakilnya ke Volksraad
tahun 1917, yaitu HOS Tjokroaminoto; sedangkan Abdoel Moeis yang juga tergabung
dalam CSI menjadi anggota volksraad atas namanya sendiri berdasarkan ketokohan,
dan bukan mewakili Central SI sebagaimana halnya HOS Tjokroaminoto yang menjadi
tokoh terdepan dalam Central Sarekat Islam. Tapi Tjokroaminoto tidak bertahan
lama di lembaga yang dibuat Pemerintah Hindia Belanda itu dan ia keluar dari
Volksraad (semacam Dewan Rakyat), karena volksraad dipandangnya sebagai
"Boneka Belanda" yang hanya mementingkan urusan penjajahan di Hindia
ini dan tetap mengabaikan hak-hak kaum pribumi. HOS Tjokroaminoto ketika itu
telah menyuarakan agar bangsa Hindia (Indonesia) diberi hak untuk mengatur
urusan dirinya sendiri, yang hal ini ditolak oleh pihak Belanda[3].
Pada waktu SI
mengajukan diri sebagai Badan Hukum, awalnya Gubernur Jendral Idenburg menolak.
Badan Hukum hanya diberikan pada SI lokal. Walaupun dalam anggaran dasarnya
tidak terlihat adanya unsur politik, tapi dalam kegiatannya SI menaruh
perhatian besar terhadap unsur-unsur politik dan menentang ketidakadilan serta
penindasan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial. Artinya SI memiliki jumlah
anggota yang banyak sehingga menimbulkan kekhawatiran pemerintah Belanda.
B.
Perkembangan
Sarekat Islam
1.
Kongres-Kongres
Awal
Kongres
pertama diadakan pada bulan Januari 1913 di Surabaya[4]. Kongres
Serikat Islam pertama pada bulan Januari 1913 di Surabaya dengan hasil:
a.
Menegaskan bahwa Serikat Islam bukan
partai politik,
b.
Serikat Islam tidak bermaksud melawan
pemerintah Belanda,
c.
Memilih HOS Cokroaminoto sebagai ketua,
dan
d.
Menetapkan Surabaya sebagai pusat
Serikat Islam
Dalam kongres ini
Tjokroaminoto menyatakan bahwa SI bertujuan untuk meningkatkan perdagangan
antarbangsa Indonesia, membantu anggotanya yang mengalami kesulitan ekonomi
serta mengembangkan kehidupan relijius dalam masyarakat Indonesia.
Kongres kedua diadakan
di Surakarta yang menegaskan bahwa SI hanya terbuka bagi rakyat biasa. Para
pegawai pemerintah tidak boleh menjadi anggota.
Pada tanggal 17-24 Juni 1916 diadakan
kongres SI yang ketiga di Bandung. Dalam kongres ini SI sudah mulai melontarkan
pernyataan politiknya. SI bercita-cita menyatukan seluruh penduduk Indonesia
sebagai suatu bangsa yang berdaulat (merdeka).
Tahun 1917, SI
mengadakan kongres yang keempat di Jakarta. Dalam kongres ini SI menegaskan
ingin memperoleh pemerintahan sendiri (kemerdekaan). Dalam kongres ini SI
mendesak pemerintah agar membentuk Dewan Perwakilan Rakyat (Volksraad). SI
mencalonkan H.O.S. Tjokroaminoto dan Abdul Muis sebagai wakilnya di Volksraad[5]. Dalam
Kongres SI Keempat tahun 1919, Sarekat Islam memperhatikan gerakan buruh dan
Sarekat Pekerja karena hal ini dapat memperkuat kedudukan partai dalam menghadapi
pemerintah kolonial. Namun dalam kongres ini pengaruh sosial komunis telah
masuk ke tubuh Central Sarekat Islam (CSI) maupun cabang-cabangnya.
2.
Masuknya
Pengaruh Komunisme
SI yang mengalami
perkembangan pesat, kemudian mulai disusupi oleh paham sosialisme revolusioner.
Paham ini disebarkan oleh H.J.F.M Sneevliet yang mendirikan organisasi ISDV
(Indische Sociaal-Democratische Vereeniging) pada tahun 1914[6].
Pada mulanya ISDV sudah mencoba menyebarkan pengaruhnya, tetapi karena paham
yang mereka anut tidak berakar di dalam masyarakat Indonesia melainkan diimpor
dari Eropa oleh orang Belanda, sehingga usahanya kurang berhasil. Akhirnya
organisasi yang didirikan orang Belanda di Indonesia ini tidak mendapat simpati
rakyat, oleh karena itu diadakan “Gerakan Penyusupan” ke dalam tubuh Serikat
Islam yang akhirnya berhasil mempengaruhi tokoh-tokoh Serikat Islam muda
seperti Semaun, Darsono, Tan Malaka, dan Alimin.
Akibatnya banyak
anggota Serikat Islam yang menjadi sosialis terutama Serikat Islam cabang
Semarang. Sehingga mereka menggunakan taktik infiltrasi yang dikenal sebagai
"Blok di dalam", mereka berhasil menyusup ke dalam tubuh SI oleh
karena dengan tujuan yang sama yaitu membela rakyat kecil dan menentang
kapitalisme namun dengan dasar dan cara yang berbeda(atheis-komunisme).
Dengan usaha yang baik,
mereka berhasil memengaruhi tokoh-tokoh muda SI seperti Semaoen, Darsono, Tan
Malaka, dan Alimin Prawirodirdjo. Hal ini menyebabkan SI pecah menjadi "SI
Putih" yang dipimpin oleh HOS Tjokroaminoto dan "SI Merah" yang
dipimpin Semaoen. SI merah berlandaskan asas sosialisme-komunisme[7].
Adapun faktor-faktor
yang mempermudah infiltrasi ISDV ke dalam tubuh SI antar lain:
a.
Centraal Sarekat Islam (CSI) sebagai
badan koordinasi pusat memiliki kekuasaan yang lemah. Hal ini dikarenakan tiap
cabang SI bertindak sendiri-sendiri. Pemimpin cabang memiliki pengaruh yang
kuat untuk menentukan nasib cabangnya, dalam hal ini Semaoen adalah ketua SI
Semarang.
b.
Peraturan partai pada waktu itu
memperbolehkan keanggotaan multipartai, mengingat pada mulanya organisasi
seperti Boedi Oetomo dan SI merupakan organisasi non-politik. Semaoen juga
memimpin ISDV (PKI) dan berhasil meningkatkan anggotanya dari 1700 orang pada
tahun 1916 menjadi 20.000 orang pada tahun 1917 di sela-sela kesibukannya sebagai
Ketua SI Semarang.
c.
Akibat dari Perang Dunia I, hasil panen
padi yang jelek mengakibatkan membumbungnya harga-harga dan menurunnya upah
karyawan perkebunan untuk mengimbangi kas pemerintah kolonial mengakibatkan
dengan mudahnya rakyat memihak pada ISDV.
d.
Akibat kemiskinan yang semakin diderita
rakyat semenjak Politik Pintu Terbuka (sistem liberal) dilaksanakan pemerintah
kolonialis sejak tahun 1870 dan wabah pes yang melanda pada tahun 1917 di
Semarang.
SI Putih (H. Agus
Salim, Abdul Muis, Suryopranoto, Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo) berhaluan
kanan berpusat di kota Yogyakarta. Sedangkan SI Merah (Semaoen, Alimin,
Darsono) berhaluan kiri berpusat di kota Semarang[8]. Sedangkan
HOS Tjokroaminoto pada mulanya adalah penengah di antara kedua kubu tersebut.
Jurang antara SI Merah
dan SI Putih semakin melebar saat keluarnya pernyataan Komintern (Partai
Komunis Internasional) yang menentang cita-cita Pan-Islamisme. Pada saat
kongres SI Maret 1921 di Yogyakarta, H. Fachruddin, Wakil Ketua Muhammadiyah
mengedarkan brosur yang menyatakan bahwa Pan-Islamisme tidak akan tercapai bila
tetap bekerja sama dengan komunis karena keduanya memang bertentangan. Di
samping itu Agus Salim mengecam SI Semarang yang mendukung PKI. Darsono
membalas kecaman tersebut dengan mengecam beleid (Belanda: kebijaksanaan)
keuangan Tjokroaminoto. SI Semarang juga menentang pencampuran agama dan
politik dalam SI. Oleh karena itu, Tjokroaminoto lebih condong ke SI haluan
kanan (SI Putih).
3.
Penegakan
Disiplin Partai
Pecahnya SI terjadi
setelah Semaoen dan Darsono dikeluarkan dari organisasi. Hal ini ada kaitannya
dengan desakan Abdul Muis dan Agus Salim pada kongres SI yang keenam 6-10
Oktober 1921 tentang perlunya disiplin partai yang melarang keanggotaan
rangkap. Anggota SI harus memilih antara SI atau organisasi lain, dengan tujuan
agar SI bersih dari unsur-unsur komunis. Hal ini dikhawatirkan oleh PKI
sehingga Tan Malaka meminta pengecualian bagi PKI. Namun usaha ini tidak
berhasil karena disiplin partai diterima dengan mayoritas suara. Saat itu
anggota-anggota PSI dari Muhammadiyah (Kh. Ahmad dahlan) dan Persis (A.Hasan)
pun turut pula dikeluarkan, karena disiplin partai yang tidak
memperbolehkannya. Rupanya benih perpecahan semakin jelas dan dua aliran itu
tidak dapat dipersatukan kembali. Karena aktifitas politiknya Belanda akhirnya
menangkap Tjokro pada tahun 1921 karena di fitnah pemerintah colonial padahal
sejatinya dikhawatirkan akan membangkitkan semangat perjuangan rakyat pribumi walaupun
akhirnya dibebaskan pada tahun 1922, sebuah cobaan yang lazim diterima para
penegak syariat islam di seluruh dunia[9].
Sebagai seorang
pemimpin, wajar jika Tjokroaminoto punya banyak murid, di antaranya adalah
Soekarno, Muso, Alimin, Kartosoewirjo, Buya Hamka, Abikoesno, dan banyak lagi.
Para anak didik Pak Tjokro ini kelak akan menjelma sebagai pemimpin-pemimpin
baru bangsa Indonesia. Seperti Soekarno yang Nasionalis, SM kartosuwirjo yang
Islamis Dan Muso-Alimin yang Komunis. Perbedaan idiologi dari murid – muridnya
tersebut secara tidak langsung memberikan warna sendiri bagaimana secara aktif
ide-ide, ilmu dan gagasan Cokro menghujam ke dada idiologi mereka. Walaupun
dengan pemahaman yang beraneka ragam sesuai dengan latar belakang, pendidikan
dan pekerjaanya masing masing. Jadi, pertarungan Soekarno, Kartosuwirjo dan
Muso-alimin sejatinya adalah pertarungan tiga murid dari seorang guru
Tjokroaminoto.
Hal ini mengisyaratkan
bahwa adanya perbedaan tafsir para murid terhadap guru dan kemudian mendorong kecenderungan
yang berbeda pula. Dalam Kongres Luar Biasa Central Sarekat Islam yang
diselenggarakan tahun 1921 dibicarakan masalah disiplin partai. Agus salim
(Wakil Ketua CSI) yang menjadi pejabat Ketua CSI menggantikan Tjokroaminoto
yang masih berada di dalam penjara, memimpin kongres tersebut. Akhirnya Kongres
tersebut mengeluarkan ketetapan aturan Disiplin Partai. Artinya, dengan
dikeluarkannya aturan tersebut, golongan komunis yang diwakili oleh Semaun dan
Darsono, dikeluarkan dari Sarekat Islam. Dengan pemecatan Semaun dari Sarekat
Islam, maka Sarekat Islam pecah menjadi dua, yaitu Sarekat Islam Putih yang
berasaskan kebangsaan keagamaan di bawah pimpinan Tjokroaminoto dan Sarekat
Islam Merah yang berasaskan komunis di bawah pimpinan Semaun yang berpusat di
Semarang. Keputusan mengenai disiplin partai diperkuat lagi dalam kongres SI di
Madiun pada bulan Februari 1923. Dalam kongres Tjokroaminoto memusatkan tentang
peningkatan pendidikan kader SI dalam memperkuat organisasi dan pengubahan nama
CSI menjadi Partai Sarekat Islam (PSI). Pada kongres PKI bulan Maret 1923, PKI
memutuskan menggerakkan SI Merah untuk menandingi SI Putih. Pada tahun 1924, SI
Merah berganti nama menjadi "Sarekat Rakyat".
Kejadian-kejadian
penting yang dialami Sarekat Islam pada Tahun 1923, antara lain:
a.
Meninggalkan politik bekerja sama (=
cooperation) dengan pemerintah Belanda.
b.
Berubah menjadi suatu partai politik
dengan nama Partai Serikat Islam ( = PSI).
c.
Serikat Islam (SI), daerah yang
jumlahnya banyak sekali itu menjadi bagian dan PSI yang meliputi seluruh wilayah Indonesia.
Pada kongres PSI tahun
1929 menyatakan bahwa tujuan perjuangan adalah mencapai kemedekaan nasional.
Karena tujuannya yang jelas itulah PSI ditambah namanya dengan Indonesia
sehingga menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Pada tahun itu juga
PSII menggabungkan diri dengan Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik
Kebangsaan Indonesia (PPPKI) .
Akibat keragaman cara
pandang di antara anggota partai, PSII pecah menjadi beberapa partai politik,
di antaranya Partai Islam Indonesia dipimpin Sukiman, PSII Kartosuwiryo, PSII
Abikusno. Perpecahan itu melemahkan PSII dalam perjuangannya. Pada Pemilu 1955
PSII menjadi peserta dan mendapatkan 8 (delapan) kursi parlemen. Kemudian pada
Pemilu 1971 pada zaman Orde Baru, PSII di bawah kepemimpinan H. Anwar
Tjokroaminoto kembali menjadi peserta bersama sembilan partai politik lainnya
dan berhasil mendudukkan wakilnya di DPR-RI sejumlah 12 (dua belas orang).
[1]
https://serbasejarah.wordpress.com/2010/09/18/catatan-sejarah-syarekat-islam/Diunduh pada 19/12/2015,pukul 22:02 wib
[2]
Lihat “Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942”,Karya Deliar Noer, 1996,
Jakarta: LP3ES
[3]
Lihat “ Sejarah Nasional Indonesia untuk
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas”, Karya Nugroho Notosusanto, 1992.
[4]
Lihat “H.O.S Tjokroaminoto: Hidup dan Perjuangannya”, Karya Amelz, Jakarta: Bulan Bintang, 1952.
[5]
Ibid
[6]
Lihat “Api SEjarah jilid 1”, Karya Prof AM Suryanegara, Jakarta: Salamadani,
2009
[7]
LIhat “Islam reformis: Dinamika
Intelektual dan Gerakan”, Karya Prof Dr Azyumardi Azra,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999
[8] Lihat “ The Rise of Indonesian Communism”, Karya Mc.Vey, Ruth. Ithaca.NY:
Cornell University Press, 1965.
[9] Lihat “ HOS Tjokroaminoto”
Sosialisme di dalam Islam, dikutip dari Islam, Sosialisme dan Komunisme
(editor: Herdi Sahrasad), Jakarta: Madani Press, 2000.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Organisasi Serikat Islam pada awalnya
merupakan perkumpulan pedagang-pedagang Islam. Untuk memajukan para pedagang
islam yang selama ini dibawah para pedagang belanda yang di dukung belanda
(politik Devide et impera = adu domba) Syarikat Dagang Islam (SDI) yang
kemudian berubah menjadi Syarikat Islam (SI) berdiri tahun 16 Oktober 1905 oleh
Haji Samanhudi ini lebih dulu 3 tahun sebelum adanya Budi Utomo yang baru
berdiri 20 Mei 1908, dimana perkumpulan BU ini dipimpin oleh para ambtenaar,
yakni para pegawai negeri yang setia terhadap pemerintah kolonial Belanda.
Menurut Abdul Azis Thaba, MA. dalam bukunya “Islam dan Negara” terjadi pada
tanggal 11 November 1911 dalam suatu pertemuan di Solo berubah menjadi Sarekat
Islam .
Syarikat Islam bercita-citakan
kemerdekaan Islam Raya dan Indonesia Raya. Misi Syarikat Islam bersikap
non-kooperatif dan anti terhadap penjajahan kolonial Belanda, Syarikat Islam
bersifat kerakyatan (tidak hanya kaum ningrat tapi juga rakyat jelata), terbuka
bagi semua rakyat Indonesia (tidak hanya Jawa dan Madura) yang mayoritas Islam,
membela Islam dan memperjuangkan kebenarannya. Pada periode antara tahun
1911-1923 Sarekat Islam menempuh garis perjuangan parlementer dan evolusioner.
Artinya, Sarekat Islam mengadakan politik kerja sama dengan pemerintah
kolonial. Namun setelah tahun 1923, Sarekat Islam menempuh garis perjuangan
nonkooperatif. Artinya, organisasi tidak mau bekerja sama dengan pemerintah
kolonial, atas nama dirinya sendiri. Kongres Partai Sarekat Islam tahun 1927
menegaskan bahwa tujuan/visi perjuangan adalah mencapai kemerdekaan nasional
berdasarkan agama Islam. Rapat besar itu dihadiri 15 cabang SI, tiga belas di
antaranya mewakili 80.000 orang anggota. Kongres resmi perdana SI sendiri baru
terlaksana pada 25 januari 1913 di Surabaya di mana Tjokroaminoto terpilih
menjadi ketua mendampingi Hadji Samanhoedi. Dalam posisi ketua inilah Tjokro
mulai menanamkan pengaruhnya.
Kongres SI ke-II di Yogyakarta pada
19-20 April 1914 melejitkan nama Tjokroaminoto sebagai Ketua CSI menggantikan
Hj Samanhoedi dalam usia yang masih muda 31 tahun. Di tangan Tjokro, SI mewujud
menjadi organisasi politik pertama terbesar di Nusantara. Pada 1914, anggota
resminya mencapai 400.000 orang, sedangkan tahun 1916 terhitung 860.000 orang.
Tahun 1917 sempat menurun menjadi 825.000, pada 1918 bahkan merosot lebih
drastis lagi hingga pada kisaran 450.000, namun setahun berikutnya, tahun 1919,
keanggotaan SI melesat sampai 2.500.000 orang. Bahkan Lenin pada waktu itu
memberikan apresiasi terhadap perkembangan organisasi berbasis islam ini.
Syarikat Islam berjuang melawan
penjajahan demi memperjuangkan kemerdekaan Islam dan Indonesia sehingga banyak
anggotanya yang berdesak-desakan masuk penjara, ditembak mati oleh Belanda, dan
banyak anggotanya yang dibuang ke Digul. Karena tujuannya adalah untuk mencapai
kemerdekaan nasional maka Partai Sarekat Islam menggabungkan diri dengan
Pemufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI).
Banyak tokoh yang ada didalam sarekat islam selain para pemimpin yang di bahas
di pembahasan ini. diantaranya : Soekarno, Semaun, Musso, SM,Kartosuwiryo, Kh.
Ahmad dahlan, KH Hasyim asyari, A. Hasan, Abi kusno dll.
Sejarah perjalan Serikat Islam mengalami
pasang surut, didalam percaturan politik tanah air, sejak zaman penjajahan
belanda sampai saat ini, Namun yang harus kita ambil pelajaran bahwa ke egoisan
dan ketidakdisiplinan dalam suatu perjuangan hanya akan membawa kepada
perpecahan yang pada gilirannya nanti dapat mencelakakan diri di dunia dan di
akherat sebagaimana firman alloh swt dalam al-Quran surat Asy-Syuro ayat 13 :
Artinya : “Dia telah mensyari'atkan bagi
kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah
Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa
dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya.
Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya.
Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk
kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).
Cita-cita dari organisasi Seikat Dagang
Islam dalam melepaskan diri dari segala bentuk penjajahan dan kedzaliman,
itulah yang harus menjadi inspirator dan motivator bagi kita generasi muda hari
ini untuk terus berjuang menegakkan kebenaran berdasarkan perintah agama meskipun
banyak rintangan dan ujian.
DAFTAR PUSTAKA
Azra, Azyumardi,
Islam reformis: Dinamika
Intelektual dan Gerakan,
Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1999
http://wartasejarah.blogspot.com/2013/12/sejarah-sarekat-islam.html
Nugroho
Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Atas,
1992.
https://serbassejarah.wordpress.com/2010/09/18/catatan-sejarah-syarekat-islam/Diunduh
pada 19/12/2015,pukul 22:02 wib
Amelz,
H.O.S Tjokroaminoto: Hidup dan Perjuangannya, Jakarta: Bulan Bintang, 1952.
Dengel,
Holk. Darul Islam dan Kartosuwiryo: Sebuah Angan-Angan yang Gagal, Jakarta:
Sinar Harapan, 1997.
Mc.Vey,
Ruth. The Rise of Indonesian Communism, Ithaca.NY: Cornell University Press,
1965.
Tjokroaminoto,
HOS. Sosialisme di dalam Islam, dikutip dari Islam, Sosialisme dan Komunisme
(editor: Herdi Sahrasad), Jakarta: Madani Press, 2000.
Deliar
Noer, 1996, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, Jakarta: LP3ES
Sartono
Kartodirjo, dkk, 1975, Sejarah Nasional Indonesia, jilid V, Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayan.
LINK DOWNLOAD :
Fifa Mobile Soccer https://aff.mbtrack.info/9yLRsHH456r0B-xUx8MSfpCjVU19XoPNr7i8A3A4xAddIOCRgGzl4xbpKk0ZGTft